100% Tanpa ART

Sejak kecil, saya terbiasa dengan adanya ART. Simpelnya saya gak pernah tau dan mau tau sama urusan rumah tangga. Hampir segalanya selalu dilayani. Setelah menikah, justru saya memutuskan untuk gak mau punya ART sama sekali. Ceritanya, sih, pengen mandiri. Apalagi saat nikah saya sudah berhenti dari rutinitas pekerja kantoran.

Awalnya lancar dan saya sempat berpikir kalo ternyata tanpa ART pun bisa. Tapi ketika anak kedua lahir, saya sempat memutuskan untuk memiliki ART karena saya sempat agak kelimpungan mengurus 2 anak yang masih kecil-kecil saat itu. Yang satu masih batita, satu lagi bayi. Apalagi anak pertama saya kemudian mengalami fase cemburu terhadap adik.

Tapi maksud hati cari ART untuk meringankan beban, yang ada saya malah tetap cape bahkan ditambah dengan cape hati. Hadeuuuuhhhh. Yang paling sering terjadi itu, pertengkaran antar ART. Entah kenapa ART yang kerja sama saya dengan ART orang tua saya jarang akur. Padahal masing-masing punya kerjaan yang berbeda. Kerjanya juga sama orang yang berbeda.

Akhirnya daripada terus-terusan cape hati, saya pun memutuskan untuktidak memakai ART lagi sampai sekarang. Tapi karena saat ini saya masih tinggal bersama orang tua, bisa dibilang untuk urusan pekerjaan rumah terbantu sama ART orang tua saya. Saya lebih banyak mengurusi yang berkaitan dengan anak-anak aja dan diri sendiri (makanya rada leluasa ngeblog, apalagi kalo anak-anak sekolah hahaha). Bahkan kadang-kadang kalau saya mau memasak, suka minta tolong ART untuk membersihkan, memotong-motong, dan lainnya bahan masakan yang udah saya siapkan, pokoknya saya tinggal memasak.

Setelah hari raya Idul Fitri lalu, untuk pertama kalinya orang tua saya tidak memakai jasa ART hingga sekarang. ART sebelumnya memang kami keluarkan karena perbuatannya yang sangat tidak bisa ditolerir. Dan seumur-umur memiliki beberapa ART baru kali ini kami memberhentikan ART, biasanya mereka yang minta berhenti. Itupun hubungan kami dengan beberapa ART lama masih terjalin baik hingga sekarang.

Saya ingin membuat postingan tentang apa yang sudah ART ini lakukan. Udah jadi di draft malah. Tapi masih menimbang-nimbang, jangan sampai emosi saya masih terbaca dalam postingan, karena kalau sampai saya berbagi maksudnya supaya yang membaca jangan sampe mengalami kejadian kayak gitu. Jadi nanti aja, deh, berbaginya.

Kembali ke cerita orang tua saya yang akhirnya untuk pertama kalinya tidak memiliki ART. Saya tidak mau bertanya, karena khawatir orang tua berpikir saya kewalahan. Jadi bisa dibilang saat ini kami 100% tanpa ART.

Untuk urusan rumah tangga, kami saling bantu aja. Tidak ada pembagian khusus, siapa mengerjakan apa. Kecuali untuk urusan cuci-setrika yang memang dari dulu selalu memakai jasa seseorang yang pulang-pergi.

Tanpa ART, perbedaan yang langsung terasa badan yang sangat cape. Kalau dulu saya  terbiasa 'ngalong', di atas pukul 12 baru tidur, sekarang pukul 10 malam aja udah tidur atau ketiduran hahaha. Waktu untuk me time (termasuk internetan) juga jauh berkurang. Cape banget memang, tapi ternyata setelah beberapa minggu dijalanin saya merasa lebih enjoy. Mungkin walaupun badan saya capenya minta ampun tapi hati saya gak cape.

Yup! Ternyata cape hati itu lebih melelahkan daripada cape fisik

Satu hal lagi hikmah yang saya dapat adalah saya jadi lebih bisa membuat manajemen waktu. Dari dulu saya selalu merasa kurang bisa membuat manajemen waktu, selalu menunda-nunda atau kalau lagi asik dengan sesuatu itu terus yang dikerjain, yang akhirnya malah beberapa hal suka terbengkalai.

Sekarang saya bisa me-manage waktu. Memang belum sempurna, tapi lebih baik daripada sebelum ada ART. Dan percaya atau tidak setelah tidak ada ART saya bisa menuntaskan membaca 2 novel, disela-sela waktu yang tersisa. Padahal sebelumnya cuma beli melulu, giliran membacanya selalu berkata dan mengeluh samadiri sendiri "gak punya waktu untuk membaca" hahaha

Ya, udah segitu dulu curcolan saya, mumpung ada sedikit me time untuk saya :D