Monday, October 7, 2013

Arti Kebanggaan : Sebuah Pelajaran Dari Pendakian Seven Summits

Apa arti kebanggan untukmu?

Dulu, saya akan menjawab ...
Menang perlombaan, nak yang mendapat nilai baik di sekolah dan lainnya

Intinya, kebanggaan itu berkaitan erat dengan prestasi. Apalagi kalau kita bisa 'pamer' prestasi lalu dapat ucapan selamat dan puja-puji dari banyak orang. Walaupun saya selalu merasa dilema setiap kali memperlihatkan apa yang saya raih karena takut dikira pamer padahal hanya ingin berbagi semangat. Tapi gak bisa dipungkiri juga, semakin banyak yang memuji maka rasa kebanggaan itu semakin meningkat.

Tapi sekarang arti kebanggaan buat saya berubah. Setelah saya baca salah satu status di group FB. Group Wanadri yang diikuti suami saya di FBnya karena dia memang anggota Wanadri. Saya dan suami memang tidak menyimpan rahasia di media sosial. Bahkan saya dan suami juga tau password masing-masing. Bukan karena gak percaya tapi karena hobi main games di FB hehehe.

 Sumber foto : Seven summits club
Pendakian Seven Summits adalah pendakian ke tujuh puncak tertinggi di dunia
Di salah satu pendakian, ketika Tim Wanadri sudah hampir mendekati puncak ada salah satu wartawan yang mengikuti perjalanan tersebut  sakit dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendakian. Salah seorang anggota Wanadri kemudian menemani wartawan tersebut turun.

Sesampainya di bawah, ada salah seorang tokoh muda Indonesia yang bertanya kepada anggota Wanadri tersebut. Bertanya kenapa dia memilih menemani wartawan tersebut untuk turun padahal sudah hampir sampai puncak dan pendaki tersebut mampu. Dan anggota Wanadri tersebut menjawab, "Ini bukan tentang saya, tapi tentang Indonesia."

Terlalu nasionalis jawabannya? Hmmm... tunggu dulu. Pendakian seven summits itu bukan pendakian yang main-main. Persiapannya juga pasti panjang banget. Saya yang bukan seorang pendaki rasanya ngos-ngosan walaupun cuma sekedar mendaki bukit kecil yang dikelilingi kebun teh, atau pergi ke air terjun. Tapi walaupun ngos-ngosan, semangat untuk narsis tetep aja ada. Foto sana-sini, kalau perlu upload di media sosial sesudahnya. Dan seneng banget kalau banyak mengundang komentar bagus.

Nah, apalagi kalau bisa mendaki puncak tertinggi di dunia. Gak usah sampe 7, deh. Bisa 1 puncak aja, trus kita berfoto di puncak tersebut rasanya bangga banget, kan? Jadi gak heran kalau kemudian ada seorang tokoh yang bertanya kenapa memilih turun sementara puncak tinggal sedikit lagi dicapai?

Tapi disitulah, rasa ego kita diuji. Kalau semua pendaki mementingkan egonya sendiri-sendiri, bagaimana nasib yang sakit? Membiarkan yang sakit turun sendiri atau memaksanya untuk terus naik, bukanlah keputusan yang tepat. Bisa-bisa malah berujung bencana. Tentunya harus ada yang mendampingi. Dan menurut cerita suami, masing-masing sudah ada tugasnya dan gak boleh egois.

Ibaratnya dalam sebuah pertandingan sepakbola, walaupun dalam sebuah tim sepakbola tetap ada 1-2 orang pemain yang jadi bintangnya tapi gagal atau menang tetap milik bersama. Karena gak mungkin seseorang pemain bisa menjadi bintang karena dia main sendiri di lapangan.

Sejak itu, setiap kali ingin memperlihatkan sesuatu saya berpikir dulu (dari dulu saya juga selalu berpikir tapi sekarang lebih berpikir lagi), apakah saya memperlihatkan karena ingin berbagi semangat dan inspirasi atau hanya sekedar ingin pamer?

Ego saya harus mulai diminimalkan atau kalau perlu disingkirkan. Memang hanya diri kita sendiri dan Allah yang tahu jawabannya. Tapi kalau yang diinginkan hanyalah pamer, yang ada cepat atau lambat saya hanya akan mendapatkan rasa lelah. Persis seperti salah satu dialog yang ada di CineUs Book Trailer.

"Melelahkan sekali kalau kita terus mengejar pengakuan dari orang lain. Punya kepuasan itu dari sini (menunjuk hati), bukan dari sana (menunjuk ke gedung). Apa, sih, arti kebanggan buat lo?"


Catatan : Saya lupa siapa nama pendaki tersebut dan juga tokoh mudanya (maklum saya gampang lupa kalau urusan nama hehe..) Tapi cerita di atas memang nyata :)


Postingan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam Lomba Artikel CineUs Book Trailer bersama Smartfrens dan Noura Books

12 comments:

  1. jawabannya ngena bangetttttt,,,bahasa gaulnya mak jlebbb ^^
    sukses kontesnya mbk :D

    ReplyDelete
  2. Salut kepada mereka
    Semoga berjaya dalam kontes
    Salaam sayang selalu

    ReplyDelete
  3. Bangga jangan harus dinodai dengan sikap sombong ya Mbk.

    Bukan pengakuan orang lain yang kita butuhkan, namun itu adalah sebuah ujian untuk kita bisa lebih baik dari sebelumnya.

    Masih banyak orang yang lebih mampu dan lebih pintar dari kita.

    Bukan begitu mbk?, nantikan postingan saya ya.

    Saya akan menyusul dengan Aishwarya Rai. Heheee..

    ReplyDelete
  4. Kadang2 kebanggaan bisa menjebak kepada "merasa diri paling hebat" .. dan memang hanya kita sendiri dan Allah yang tahu ...
    Ego memang mesti diatasi dengan bijak karena selalu pingin kelihatan ...

    Moga menang ya mbak .. keren tulisannya

    ReplyDelete
  5. Replies
    1. Jadi inget filemnya yang 5 cm,,,,
      semoga lombanya menang ya mbk jadi hadiahnya bisa di bagi bagi hehheee

      Delete
  6. iya bener mas Irfan, jadi inget film 5cm
    hehe

    sukses buat lombanya, mak

    ReplyDelete
  7. terkadang harus ego di singkirkan sementara demi orang lain, aahh bikin mikir lagi dan lagi, sepertinya ego niar masih gede, hehehe :D

    selamat berlomba teh chi :D

    ReplyDelete
  8. gw juga enggak tau kenapa sang pencipta menciptakan yang namanya "EGO". Mungkin Dia menciptakan supaya kita dapat mengendalikanya?

    good luck GAnya

    ReplyDelete
  9. Artikel yang bagus, Mbak. Saya juga jadi ikut mikir, apa yang selama ini saya bagikan apa benar untuk berbagi? Terima kasih renunngannya :)

    ReplyDelete

Linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...